PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BAKSO DI MALANG
THE CONSUMERS` BEHAVIOR IN
PURCHASING MEATBALLS
IN MALANG
Budi Hartono*, Umi Wisapti Ningsih,
dan Nila Fithria
Septiarini
Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang, Jawa Timur
INTISARI
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang
mempengaruhi pembelian bakso sapi di Malang. Penelitian dilakukan di
Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 2011. Jumlah responden sebanyak
120 konsumen yang dipilih secara Accidental Sampling. Data dianalisis dengan cara deskriptif dan
analisis faktor. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden melakukan pembelian bakso adalah perempuan, berstatus
pelajar, mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu yang diperoleh antara Rp. 1.000.000,00
sampai Rp.
2.000.000,00 per bulan dan harga bakso dikategorikan terjangkau oleh konsumen. Pola mengkonsumsi bakso bukan
sebagai makanan pokok tetapi sebagai kuliner, hobi, dan makanan camilan. Delapan faktor yang dipertimbangkan
responden
secara berurutan
adalah harga, kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir, tampilan penyajian, kepuasan, pendapatan, dan demografi.
(Kata kunci: Perilaku konsumen, Faktor yang dipertimbangkan, Bakso)
ABSTRACT
The objective of this research were to analyzed the characteristics and the factors influencing the purchasing
of meatballs in Malang. The research was conducted
in Malang, East Java in March 2011. One hundred and twenty
consumers were chosen as respondents by Accidental Sampling method. Data were analyzed by descriptive and factor
analyses. The results showed that most customers were women, student status, with the age below 35 years old, and incomes level of IDR 1.000.000,00 into IDR 2.000.000,00 per month. The meatball`s
price was affordable by the
consumers. The meatball`s purchasing patterns showed that the meatball was consumed not as a main meal but only for
culinary, hobby and also as snacks. The eight factors considered by consumers
of meatball purchasing consecutively were price, social class, accessibility, parking, display presentation,
satisfaction, income and demographics,
respectively.
(Key words: Consumer`s behavior, Considerance factor, Meatball)
Pendahuluan
Kota Malang juga dikenal sebagai kota Bakso
selain kota Apel. Bakso
merupakan makanan daging sapi yang dicampur dengan terigu yang dimasak dengan proses tertentu untuk dikonsumsi. Bakso sangat populer dan
digemari semua kalangan dengan harga yang bervariasi dan
terjangkau oleh konsumen. Tarwotjo et al. (1971) menjelaskan
bahwa bakso daging sapi merupakan sumber protein
hewani karena
daging sapi
mengandung
protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Usaha bakso membutuhkan
tenaga
kerja
mulai dari lokasi penggilingan,
sampai daerah produsen dan
pe- masaran. Bakso dibuat menggunakan daging
segar
agar
dihasilkan bakso yang
kenyal dan
kompak.
Bahan baku bakso
umumnya berasal dari
daging
* Korespondensi (corresponding author): Telp. +62 815 689 5246
paha belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat
dari
bagian karkas lainnya.
Usaha bakso dapat digolongkan
sebagai usaha
kecil. Parubak et
al. (2004) menjelaskan
bahwa usaha kecil mempunyai peranan penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasio-
nal. Usaha kecil merupakan
usaha
yang
ditekuni oleh sebagian besar masyarakat
dan merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan yang
luas
kepada masya- rakat.
Pemerintah
terus berupaya membina ke-
lompok usaha kecil agar menjadi
usaha yang
semakin efisien dan mampu berkembang
mandiri
dan dapat membuka lapangan
kerja baru.
Dua faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen dalam melakukan pem-
belian
yaitu
faktor internal dan faktor eksternal
(Asseal,
1992). Faktor eksternal
terdiri dari faktor
lingkungan dan strategi bauran
pemasaran.
Faktor lingkungan
terdiri
dari
faktor budaya,
referensi
dan kelas sosial.
Strategi bauran pemasaran
terdiri dari produk, harga, promosi,
dan distribusi.
Faktor internal terdiri dari
faktor gagasan dan karakteristik
konsumen. Faktor internal dan
eksternal dalam
interaksinya
dapat mempengaruhi perilaku kon- sumen baik
secara individual maupun secara bersama-sama.
Konsumen melakukan pembelian tidak terlepas dari karakteristik
produk baik mengenai
penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk
tersebut. Penetapan harga
oleh
penjual akan ber-
pengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang
dapat dijangkau oleh konsumen
akan
cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk
tersebut. Karakteristik
penjualan bakso
akan mempengaruhi keputusan
membeli. Konsumen akan menilai
mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya mem- peroleh
produk
dan sikap ramah dari penjual (Tedjakusuma et al., 2001).
Penjual bakso harus memahami keinginan konsumen
dengan cara mempelajari perilaku
konsumen agar konsumen bersedia membeli
baksonya. Pemahaman
perilaku konsumen yang
baik dan tepat diharapkan akan mengembangkan kegiatan pemasarannya. Penjual bakso daging
perlu
mengenal konsumen, sasaran dan model keputusan
yang dilakukan oleh konsumen, sehingga penjual
bakso daging mengetahui motif konsumen dalam
menilai bakso daging
yang sesuai dengan hati nuraninya. Analisis faktor digunakan untuk menentukan urutan
faktor yang
dipertimbangkan
oleh konsumen dalam membeli
bakso daging di
Kota Malang,
sehingga perlu dilakukan penelitian
agar penjual bakso dapat
mempertahankan
eksistensinya.
Materi dan
Metode
menentukan urutan faktor
yang
dipertimbangkan oleh
konsumen
dalam membeli bakso. Jenis data
yang digunakan analisis faktor adalah data ordinal dan skala pengukuran yang
digunakan adalah skala Likert.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran umum responden
Hasil survei menunjukkan bahwa usia
konsumen yang mendominasi adalah kelompok usia
16–25 tahun sebanyak 62,5% dan usia 26–35 tahun
sebanyak 25,83% (Tabel 1). Kelompok usia ini tergolong usia produktif sehingga memerlukan kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh
dan perlunya menjaga
kesehatan. Konsumen pada usia
muda (remaja) dipengaruhi oleh aktifitas
yang ditekuninya, teman-teman,
dan penampilan dari generasi tersebut. Usia responden diatas 45 tahun lebih sedikit dikarenakan
pada usia ini seseorang lebih berhati-hati dalam memilih dan meng-
konsumsi makanan
yaitu
lebih memilih
makanan
yang terbuat dari sayur-mayur (Kasali, 1998 cit.
Hermanianto dan
Andayani, 2002).
Hasil survei menunjukkan (Tabel 2) bahwa
responden perempuan (53,33%) lebih banyak
dijumpai dibanding
laki-laki (46,67%) karena
perempuan
mempunyai kecenderungan senang
berkumpul dan sering secara bersama-sama mem- beli atau jajan bakso dengan tidak direncanakan. Hasil penelitian ini tidak
jauh berbeda dengan hasil
penelitian Hermanianto dan Andayani (2002) yang menjelaskan bahwa pembeli bakso lebih
didominasi
kaum
perempuan karena perempuan mempunyai
kecenderungan lebih senang berbelanja, mudah terpengaruh
oleh emosi dan menyukai jajan atau
ngemil. Alasan ini yang
melatarbelakangi wanita sebagai konsumen
terbesar bakso sapi.
Tabel 1. Karakteristik
responden
berdasarkan usia
(characteristics of
respondents
by the age)
Penelitian dilakukan dengan metode survei di
Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota Malang dikenal sebagai Kota Bakso. Pengambilan
data dilaksanakan
pada bulan Maret 2011
di
lima lokasi terbesar yang
diambil secara purposive
sampling yaitu
Bakso Solo Kidul Pasar,
Bakso Kota Cak
Man,
Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso Presiden
dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah sampel sebanyak 120
responden yang diambil secara
Accidental Sampling. Pengumpulan
data
primer dengan melakukan tanya jawab
dengan responden berdasarkan kuesioner yang telah
dipersiapkan.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
mendiskripsikan
karakteristik responden
yang diteliti serta distribusi item dari tiap variabel dalam angka persentase. Analisis
faktor digunakan untuk
Usia
(tahun) (age (years)) Persentase (percentage)
16 – 25
62,50
26 – 35 25,83
36
– 45 9,17
46 – 55 1,67
56 – 65 0,83
Jumlah
(total) 100,00
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
(characteristics
of respondents by sex)
Jenis kelamin (sex) Persentase (percentage)
Laki-laki
(male) 46,67
Perempuan
(female)
53,33
Jumlah
(total) 100,00
Kelompok sasaran berdasarkan pendidikan
yang ditempuh konsumen menunjukkan
bahwa sebanyak 44,17% responden memiliki pendidikan
akhir SMU dan
39,17% responden memiliki pen- didikan akhir sarjana (Tabel 3),
sehingga sebagian besar konsumen adalah berpendidikan
tinggi dan terpelajar.
Pendidikan sebagai faktor psikologis yang
berpengaruh terhadap
jenis dan
mutu
bahan makanan yang
akan
dikonsumsi. Hal ini memper- lihatkan bahwa tingkat
pemahaman dan pe- ngetahuan
seseorang
tentang pentingnya kandungan gizi
dipengaruhi
oleh tingkat
pendidikan
(Kasali,
1998 cit. Hermanianto dan Andayani, 2002).
Data berdasarkan
alasan konsumen membeli bakso
menunjukkan bahwa mayoritas
konsumen
mengkonsumsi bakso karena bukan sebagai maka-
nan utama (3,33%) tetapi sebagai kuliner, hobi,
makanan camilan (Tabel 4).
Konsumen membeli
bakso kuah umumnya dicampur dengan makanan
lain seperti gorengan, tahu
atau sedikit mie basah. Responden membeli bakso biasanya di tempat ter-
kenal dan memiliki rasa yang
sesuai dengan selera
konsumen.
Produk bakso tetap digemari oleh
konsumen. Karakteristik utama responden
dalam membeli
bakso adalah daya beli konsumen yang dapat diper-
hatikan dari penghasilan yang
diperoleh konsumen setiap
bulan. Kebanyakan konsumen membeli bakso selain memperhatikan
harga
juga memperhatikan
cara
penyajian yang cepat dan praktis. Rerata harga
bakso satu
porsi di
Malang Rp. 5.000,00. Hasil survei menunjukkan bahwa harga satu porsi bakso
tersebut adalah sedang (Tabel 5) atau cukup yang
berarti tidak terlalu mahal ataupun tidak terlalu murah, sedangkan bakso tersebut dianggap kon-
sumen bukan sebagai makanan utama.
Analisis faktor
Hasil analisis faktor perilaku konsumen
dalam pembelian bakso di Malang menghasilkan 8
faktor yang terbentuk (Tabel 7).
Tabel 7 memper- lihatkan bahwa
faktor-faktor yang
terbentuk merupakan faktor yang
dipertimbangkan konsumen
dalam pembelian bakso di Malang sebesar 63,76% dan sisanya sebesar
37,14% merupakan faktor- faktor yang
tidak terlalu
dipertimbangkan oleh konsumen. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
interpretasi tiap
faktor dari kedelapan
faktor yang terbentuk (Tabel 7).
Faktor persepsi konsumen merupakan
salah
satu faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membeli produk bakso daging sapi memiliki persentase varian sebesar 16,69% dan merupakan urutan pertama yang dipertimbangkan oleh kon- sumen karena mempunyai nilai Eigen
Value ter- besar yaitu 3,672. Variabel yang
memiliki
factor loading terbesar pada
persepsi konsumen adalah
variabel harga yaitu
sebesar 0,717 yang
artinya variabel harga memiliki korelasi
sangat kuat
terhadap
faktor persepsi
konsumen. Responden
Tabel 3. Karakteristik
responden
berdasarkan pendidikan
(characteristics of
respondents
by education)
Tabel 5. Karakteristik
responden
berdasarkan harga
(characteristics
of respondents by price)
Harga
(price) Persentase
Pendidikan (education) Persentase (percentage)
(percentage)
SD/Sederajat (elementary
school) 0,83
SMP/Sederajat (junior high school) 5,83
SMU/Sederajat
(senior
high
school) 44,17
Akademi/Sederajat (academy) 10,00
Sarjana
(under/graduate school) 39,17 Jumlah
(total) 100,00
Tabel 4. Karakteristik
responden
berdasarkan alasan
Sangat
mahal (very expensive) 3,33
Mahal (expensive) 13,33
Sedang (medium) 57,50
Murah
(cheap) 19,17
Sangat
murah (very
cheap) 6,67 Jumlah (total)
100,00
Tabel 6. Karakteristik
responden
berdasarkan pendapatan (characteristics of
respondents
by income)
mengkonsumsi bakso
(characteristics
of respondents
by reasons consuming meatballs)
Alasan mengkonsumsi bakso
Persentase
Pendapatan (Rp) (income (Rp)) Persentase
(percentage)
< 500.000
21,67
(reason consuming meatballs) (percentage)
Makanan utama (the main food) 3,33
Makanan camilan (snack
foods) 31,67
Hobi (hobby) 31,67
Kuliner
(culinary) 33,33
Jumlah (total)
100,00
500.000 – 1.000.000 13,33
1.000.001 – 1.500.000 28,33
1.500.001
– 2.000.000 24,17
>
2.000.000 12,50
Jumlah (total)
100,00
Tabel 7. Analisis faktor perilaku
konsumen dalam pembelian
bakso (factor analysis of
consumer behavior
in purchasing meatballs)
Faktor (factor)
|
Variabel
(variable)
|
Eigen
value
|
Loading
factor
|
%
|
Persepsi
konsumen
|
-Kepercayaan (confidence)
|
0,429
|
||
(consumer perception)
|
-Produk terkenal
(famous products)
|
0,551
|
||
-Ukuran produk
(size of product)
|
3,672
|
0,675
|
16,69
|
|
-Harga (price)
|
0,717
|
|||
Lingkungan
|
-Kebudayaan (culture)
|
0,680
|
||
(environment)
|
-Kelas sosial (social class)
-Kelompok sosial (social
groups)
|
2,048
|
0,741
0,729
|
9,31
|
Referensi (reference)
|
-Pengetahuan (knowledge)
|
0,577
|
||
-Faktor promosi (promoting factor)
-Kemudahan mencapai lokasi (ease
of reaching
|
1,915
|
0,623
0,814
|
8,71
|
|
Kepedulian produsen
|
the location)
-Kenyamanan (convenience)
|
0,486
|
||
(concern manufacturer)
|
-Tempat parkir (the parking lot)
|
0,780
|
||
-Kebersihan tempat
(hygiene place)
|
1,529
|
0,758
|
6,95
|
|
-Pelayanan produsen (producer
service)
|
0,482
|
|||
Karakteristik produk
|
-Tampilan penyajian (view presentation)
|
0,924
|
||
(characteristics of
|
-Rasa dan tekstur (the taste and texture)
|
1,526
|
0,609
|
6,94
|
product)
|
||||
Pengalaman (experience)
|
-Kepuasan sebelumnya (previous satisfaction)
|
0,798
|
||
-Hobi (hobbies)
|
1,246
|
0,588
|
5,66
|
|
Kepuasan konsumen
(consumer
satisfaction)
|
-Pendapatan (revenue)
-Kepribadian (personality)
|
1,054
|
0,748
0,716
|
4,79
|
Karakteristik konsumen
|
-Demografi (demographics)
|
1,036
|
0,767
|
4,71
|
(characteristics of
|
||||
consumers)
|
||||
Jumlah (total)
|
63,76
|
mempertimbangkan
harga
bakso karena menurut
penilaian responden
tingkat harga
akan
mem- pengaruhi
jumlah pembelian
suatu
produk yang
akan
dikonsumsi. Hal tersebut
diperkuat dengan
penilaian
harga tidak terlalu
mahal untuk
setiap porsi bakso adalah Rp. 5.000,00 yang
termasuk
kategori sedang (57,5%) (Tabel 5), sehingga apabila harga bakso terlalu tinggi maka responden akan
mempertimbangkan ulang
sebelum membeli produk tersebut.
Faktor lingkungan memiliki persentase
varian sebesar 9,310% dan memiliki urutan kedua
faktor yang
dipertimbangkan oleh
konsumen dengan nilai Eigen Value terbesar yaitu 2,048. Variabel yang memiliki factor loading terbesar pada faktor
lingkungan adalah
variabel kelas sosial sebesar
0,741 yang
artinya bahwa variabel kelas sosial
memiliki korelasi kuat terhadap
faktor lingkungan,
sedangkan variabel
yang memiliki
factor loading
terkecil adalah
variabel kebudayaan sebesar 0,680
yang
artinya bahwa variabel kebudayaan memiliki
korelasi paling lemah jika
dibandingkan
dengan
kedua variabel lain yang mendukung
pada faktor lingkungan.
Kebudayaan tidak
terlalu dipertimbangkan
oleh responden, dikarenakan responden
membeli
produk bakso bukan karena adat atau
kebiasaan
masyarakat tertentu
untuk mengkonsumsi
produk ini. Produk ini bukan menjadi makanan utama bagi responden. Hal ini diperkuat dengan penilaian responden bahwa produk bakso bukan menjadi
makanan utama hanya 3,33% (Tabel 5). Produk
ini
dikonsumsi hanya sebagai kuliner, hobi, dan
makanan camilan.
Kelas sosial responden mempertimbangkan untuk
membeli produk
bakso tersebut. Tingkat
penghasilan responden sangat berpengaruh terhadap pembelian produk bakso.
Penghasilan yang
lebih akan mempengaruhi kemudahan responden untuk membeli produk tersebut.
Hal
ini diperkuat dengan data responden yang memiliki penghasilan Rp.
1.000.000,00 – Rp.
2.000.000,00 sebanyak
52,50% (Tabel 6) akan
membeli
produk
tersebut lebih mudah
karena
menganggap
produk tersebut
memiliki harga yang relatif terjangkau.
Faktor referensi memiliki persentase
varians
sebesar
8,707% merupakan
faktor
urutan ketiga
yang dipertimbangkan
oleh
konsumen dengan nilai
Eigen Value terbesar yaitu 1,915. Variabel yang memiliki factor loading terbesar
adalah
variabel
kemudahan mencapai lokasi
sebesar 0,814 yang
artinya bahwa variabel kemudahan mencapai
lokasi memiliki korelasi kuat terhadap faktor referensi.
Faktor
yang
menyebabkan perilaku pem- belian seseorang bisa juga dipengaruhi oleh
referensi kelompok. Referensi kelompok
adalah kelompok
sosial yang
menjadi ukuran seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut) untuk
mem- bentuk kepribadian dan perilakunya (Sudarmiatin,
2009). Tingkat pengetahuan yang
kurang
pada
responden terhadap lokasi-lokasi pemasaran produk
bakso menjadi
pertimbangan konsumen untuk
menerima pendapat atau
masukan-masukan yang diberikan oleh
orang-orang
disekitar responden.
Faktor promosi disini sangat berpengaruh terhadap
keputusan pembelian produk tersebut oleh res-
ponden. Faktor promosi salah satunya yaitu tentang
kemudahan mencapai
lokasi produk tersebut di- pasarkan. Kemudahan mencapai lokasi tersebut sangat dipertimbangkan responden
untuk membeli produk
tersebut, karena apabila lokasi tersebut sulit dijangkau
maka responden
akan memilih lokasi
yang
lainnya.
Faktor
kepedulian
produsen memiliki per-
sentase varians sebesar 6,951% dan memiliki urutan
keempat faktor yang
dipertimbangkan oleh
kon-
sumen dengan
nilai Eigen Value
terbesar yaitu
1,529. Variabel yang memiliki factor loading ter-
besar
adalah
variabel tempat parkir sebesar 0,780
yang artinya bahwa
variabel tempat parkir memiliki korelasi kuat terhadap faktor kepedulian produsen.
Tempat parkir pada lokasi penjualan produk
sangat
dipertimbangkan
oleh responden,
karena
konsumen akan lebih merasa nyaman jika pada saat
menikmati bakso, kendaraan
yang
diparkir terletak pada
tempat yang aman dan diawasi oleh petugas parkir. Sulistyawati (2004), menyatakan bahwa ter-
sedianya sarana parkir yang
memadai dan aman merupakan faktor
yang
mempengaruhi konsumen
dalam pembelian suatu produk, karena hal ini dapat memberikan
keamanan dan
kenyamanan
terutama
dari
gangguan pengamen, pedagang
asongan dan pengemis.
Kebersihan tempat juga dipertimbangkan oleh responden, karena lokasi yang bersih, sarana
dan prasarana yang
bersih,
serta sirkulasi
udara
yang lancar
akan menambah nafsu
makan res- ponden. Kebersihan tempat merupakan salah satu yang
harus diperhatikan oleh pemilik usaha produk tersebut dikarenakan apabila
tempat penyajian
produk tidak bersih
akan menyebabkan penyebaran penyakit yang
ditularkan oleh konsumen kepada
konsumen yang lainnya.
Faktor karakteristik produk memiliki persen-
tase varian sebesar 6,938%. Variabel tampilan pe-
nyajian
memiliki
factor loading terbesar 0,924
bahwa variabel tampilan penyajian memiliki korelasi kuat terhadap faktor karakteristik produk.
Tampilan penyajian
suatu produk sangat dipertimbangkan
oleh responden
dalam
membeli
bakso daging sapi. Penyajian produk
yang di-
berikan pada responden kurang menarik akan
mengurangi selera
makan
responden begitu
juga
sebaliknya jika penyajian produk terlihat menarik
maka responden akan bertambah selera makan.
Tampilan penyajian suatu produk
sangat berkaitan
dengan rasa dan tekstur produk yang disajikan.
Faktor pengalaman
memiliki
persentase
varian
sebesar
5,663%.
Variabel
yang memiliki
factor loading terbesar adalah variabel kepuasan sebelumnya sebesar 0,798 yang artinya bahwa variabel
kepuasan sebelumnya
memiliki korelasi
kuat terhadap faktor pengalaman.
Kepuasan pembelian produk sebelumnya merupakan salah satu hal yang
sangat diper-
timbangkan oleh responden dalam pembelian pro-
duk tersebut. Hal ini dikarenakan pengalaman pem-
belian produk sebelumnya akan menjadi kesan
tersendiri
bagi para responden.
Apabila responden
merasa puas pada saat membeli produk
sebelumnya
maka responden akan membeli produk
tersebut kembali. Selain
itu hobi merupakan suatu hal yang
berpengaruh terhadap responden dalam
pembelian produk tersebut karena produk
bakso daging
sapi merupakan makanan yang banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat sehingga banyak
responden yang membeli produk
tersebut karena
kesenangan atau hobi mengkonsumsi produk tersebut.
Faktor kepuasan konsumen memiliki persen- tase varian sebesar 4,790%. Variabel yang memiliki
factor
loading terbesar adalah variabel pendapatan sebesar 0,748
yang
artinya bahwa variabel ini me-
miliki korelasi kuat
terhadap faktor kepuasan
konsumen.
Pendapatan berkaitan
dalam mempertimbang-
kan
pembelian produk bakso. Responden yang me-
miliki pendapatan lebih banyak
cenderung me-
miliki kepribadian yang
boros atau lebih mudah
menghambur-hamburkan uang untuk mendapatkan
kepuasan, sehingga responden lebih banyak mem-
beli produk tersebut untuk memenuhi kepuasan
mengkonsumsi produk
tersebut. Sebaliknya jika
responden berpenghasilan lebih
sedikit
cenderung memiliki
kepribadian
yang lebih terkendali
sehingga para responden tidak hanya memikirkan
kepuasan semata. Sulistyawati (2004) menyatakan bahwa tingkat
pendapatan juga
mempunyai
pengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen.
Pendapatan yang dimaksud disini adalah pen- dapatan individu konsumen.
Pendapatan menjadi hal yang
sangat
penting karena keputusan
pem-
belian erat kaitannya
dengan tingkat pendapatan seseorang dan pengeluaran seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang cenderung
semakin
tinggi pula
pengeluaran yang dilakukan.
Faktor karakteristik
konsumen memiliki per- sentase
varian
sebesar 4,708%
dan merupakan
urutan kedelapan yang dipertimbangkan oleh kon- sumen karena mempunyai nilai Eigen
Value ter- besar yaitu 1,036. Variabel demografi sudah pasti
memiliki factor loading terbesar karena
variabel
demografi merupakan variabel
satu-satunya
yang
diwakili faktor karakteristik konsumen yaitu sebesar
0,767 yang artinya bahwa
variabel demografi me-
miliki korelasi yang
sangat kuat
terhadap faktor
karakteristik konsumen.
Demografi konsumen didekati dengan
variabel-variabel seperti usia, jenis kelamin, pen-
didikan,
dan
pendapatan. Responden wanita cenderung lebih
senang berbelanja,
mudah ter-
pengaruh oleh emosi, dan menyukai jajan
atau makanan camilan.
Kesimpulan
Sebagian besar responden
yang
melakukan pembelian bakso adalah perempuan, berstatus
pelajar, mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu
yang diperoleh
antara Rp. 1.000.000,00 sampai
Rp. 2.000.000,00 per bulan
dan harga bakso Rp. 5.000,00 seporsi dapat
dikategorikan
terjangkau. Pola mengkonsumi bakso
bukan
sebagai makanan pokok tetapi sebagai
kuliner, hobi,
dan makanan camilan. Delapan faktor yang
dipertimbangkan responden secara
berurutan
adalah harga, kelas sosial,
kemudahan mencapai
lokasi, parkir,
tampilan penyajian, kepuasan, pen- dapatan, dan
demografi.
Daftar Pustaka
Asseal,
H.
1992. Consumer
Behavior
and Marketing Action. New York: PWS-KENT.
Publishing Company,
Boston.
Hermanianto, J.
dan R.Y. Andayani. 2002. Studi
perilaku konsumen dan identifikasi parameter
bakso sapi berdasarkan preferensi konsumen
di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Teknologi dan
Indutri Pangan 13(1): 1-10.
Parubak,
B., A.
Thoyib, dan A.
Suman. 2004.
Faktor faktor yang
dipertimbangkan kon-
sumen dalam pembelian kain donggala di
Kotamadya Palu. Kumpulan Artikel Seminar
Hasil Penelitian. Bidang Kajian Perilaku Konsumen. Program Magister Manajemen. Pascasarjana, Universitas Brawijaya. Malang.
Hal.
1-12.
Sudarmiatin. 2009. Model
perilaku konsumen dalam perspektif teori dan empiris pada jasa
pariwisata. Jurnal Ekonomi Bisnis 14(1): 1-
11.
Sulistyawati, E. 2004. Analisis faktor
faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen
dalam
keputusan pembelian produk patung kayu
pada toko kerajinan di Kecamatan Sukawati,
Gianyar, Bali. Kumpulan artikel Seminar Hasil Penelitian. Bidang kajian Perilaku Konsumen.
Program
Magister
Manajemen
Universitas Brawijaya
Malang. Hal. 67-84. Tedjakusuma, R., S. Hartini, dan Muryani. 2001.
Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral di
Kotamadya Surabaya.
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial 2(3): 48-
58.
Tarwotjo, I., S.
Hartini, S. Soekirman, dan
Soekarno. 1971. Komposisi Tiga Jenis Bakso. Akademi Gizi, Jakarta.
Sumber:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Qy07fb3PI-wJ:journal.ugm.ac.id/index.php/buletinpeternakan/article/download/600/426+&cd=2&hl=id&ct=clnk
Sumber:
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Qy07fb3PI-wJ:journal.ugm.ac.id/index.php/buletinpeternakan/article/download/600/426+&cd=2&hl=id&ct=clnk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar